Kita harus belajar untuk lebih tenang dengan pendapat orang lain. Jika kita mengambil semua kritik dan komentar negatif terlalu pribadi, kita akan kehilangan fokus pada tujuan kita sendiri.
Hidup memang penuh dengan tikungan tak terduga. Terkadang, apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan kenyataan. Begitu juga yang dirasakan oleh Mutia, seorang wanita tangguh dengan impian dan harapan dalam hidupnya. Namun, takdir berkata lain. Dia merasa perlu untuk mengambil keputusan besar, yaitu resign dari pekerjaannya untuk fokus mengurus keluarga dan rumah tangganya.
Mutia merasa awalnya ini adalah langkah yang tepat, tetapi pada suatu titik, tatapan orang sekitar mulai terasa nanar. Mungkin itu pandangan tetangga atau sahabatnya, tetapi rasa tak nyaman dan merasa dijepit oleh pandangan orang lain mulai menghantuinya.
“Sayang banget, kamu kuliah jauh-jauh ke luar negeri dan dapat kerjaan bergengsi, akhirnya mengalah juga jadi ibu rumah tangga.” Ungkap Lani di ujung telepon saat menyapa sahabatnya, Mutia.
Belum lagi pandangan sebagian keluarga yang terkesan menyalahkan pilihannya. Mereka mencibir Mutia sebagai orang yang egois, tidak tidak tahu berterima kasih kepada keluarga yang telah sepenuh hati membiayai kuliahnya.
Perasaan sedih dan rasa bersalah mulai merayap masuk ke dalam pikirannya. Dia meragukan keputusannya sendiri dan merasa seakan-akan langkah ini adalah sebuah kegagalan.
Tidak hanya pikiran Mutia yang terpengaruh, tetapi juga kesehatannya. Pikiran yang kacau dan perasaan negatif yang mengganggu mulai memengaruhi kesehatannya. Ini adalah saat yang sulit baginya. Dia merasa seperti terjebak dalam lubang gelap yang semakin dalam.
Namun, di tengah-tengah segala kegelisahan ini, sang suami hadir dengan pelukan yang hangat dan senyuman penuh dukungan. Dia adalah pendamping sejati yang berdiri di samping Mutia. Menguatkan ketika semuanya terasa rapuh. Dialog antara Mutia dan suaminya adalah obat penyembuh yang diperlukan oleh hati yang lelah.
“Sayang, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi jika kita tidak mencoba,” kata suami dengan tulus. “Langkahmu untuk fokus di rumah adalah keputusan yang baik. Kita harus percaya pada pilihan kita sendiri.”
Kata-kata suaminya meresapi hati Mutia. Dia mulai mengubah pola pikirnya. Daripada terus merenungi pandangan orang lain, dia memutuskan untuk memfokuskan energinya pada hal-hal positif. Dia mulai membaca buku-buku inspiratif, mendengarkan podcast yang mengangkat semangat, dan belajar untuk lebih menghargai dirinya sendiri.
Perlahan tetapi pasti, mindset Mutia mulai berubah. Dia menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada apa yang orang lain pikirkan, tetapi pada bagaimana dia merasa tentang dirinya sendiri dan apa yang dia lakukan. Perlahan, rasa percaya dirinya tumbuh dan dia merasa memiliki kekuatan yang lebih besar daripada sebelumnya.
Mutia tidak hanya berhenti pada perubahan pikiran, dia juga memutuskan untuk beraksi. Dia mulai mengejar hobi yang selalu ingin dia lakukan: menulis. Tulisan-tulisannya mulai diunggah di blog dan media sosial. Dia berbagi cerita tentang perjuangannya, tentang bagaimana dia mengubah baper menjadi kekuatan. Ternyata, tulisannya memberi inspirasi kepada banyak orang.
Tidak hanya itu, Mutia juga mulai terlibat dalam kegiatan sosial. Dia menggunakan pengalamannya untuk membantu orang-orang yang menghadapi perasaan serupa. Dia memimpin kelompok diskusi, memberikan ceramah inspiratif, dan menjadi panutan bagi mereka yang merasa kehilangan arah.
Seiring berjalannya waktu, Mutia merasakan kebahagiaan yang sejati. Dia menyadari bahwa hidup ini penuh dengan dinamika, dan dia telah menemukan cara untuk menghadapinya dengan kepala tegak dan hati penuh kebahagiaan. Meskipun perjalanan tidak selalu mudah, dia bersyukur atas segala takdir yang telah membawanya ke tempat ini.
Mutia belajar bahwa kekuatan sejati berasal dari dalam dirinya sendiri. Dia telah mengubah rasa takut akan pandangan orang lain menjadi kekuatan yang menggerakkan dirinya menuju pertumbuhan, inspirasi, dan cinta untuk diri sendiri. Dalam prosesnya, dia tidak hanya mengubah hidupnya sendiri, tetapi juga menyentuh dan mengubah kehidupan orang lain.
***
Dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya kita merasa terbebani oleh kata-kata atau pandangan orang lain. Kehidupan sering kali menghadirkan momen yang membuat kita merasa terlalu peka terhadap penilaian orang lain, dan perasaan itu bisa meruntuhkan kepercayaan diri serta mengganggu kesehatan mental kita. Untuk menghadapinya, kita perlu belajar bagaimana mengubah baper agar menjadi kekuatan yang positif.
Setiap orang memiliki urusan dan masalah masing-masing yang kadang tidak dapat dilihat secara kasat mata. Oleh karena itu, apabila kita menilai seseorang hanya dari luaran saja, itu adalah sebuah kesalahan. Menilai buku dari sampulnya bisa menyebabkan kita melewatkan keindahan dan kekayaan isi di dalamnya.
Cara kita menghadapi penilaian dan pandangan orang lain menjadi kunci utama dalam perjalanan mengubah baper menjadi power. Kesediaan kita untuk menyerap kritik yang membangun dengan sikap terbuka adalah langkah pertama. Namun, kita juga harus mampu memfilter mana pandangan yang membangun dan mana yang sebaiknya diabaikan.
Baper atau terlalu merespons pernyataan negatif orang lain, dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan jiwa kita. Karenanya, kata-kata orang seharusnya tidak mengendalikan perasaan kita. Sebagaimana kata pepatah, “Lautan yang dalam tidak akan pernah bergemuruh.” Kita perlu belajar untuk lebih tenang dan mengelola emosi dengan bijak.
Saat kita mengabaikan penilaian dan komentar negatif bukanlah tanda kelemahan, melainkan sebuah bentuk kebijaksanaan. Kita harus menghargai diri sendiri, dan itu adalah kunci utama dalam membangun ketahanan psikologis. Saat kita mampu mengabaikan penilaian buruk orang lain, sebenarnya kita sedang membangun benteng perlindungan terhadap gangguan mental.
Orang yang sering merasakan baper umumnya membutuhkan sosok yang dapat menguatkan mentalnya. Dalam lingkungan yang positif, kita dapat belajar bagaimana meredam efek negatif penilaian orang lain dan mengubahnya menjadi semangat untuk tumbuh dan berkembang.
Untuk mengubah baper menjadi power, kita harus membangun kepercayaan diri. Hal itu dapat dilakukan dengan terus belajar, menambah pengetahuan, dan keterampilan. Karena percaya diri itu berasal dari kompetensi, dan kompetensi berasal dari pengetahuan dan keterampilan yang terus berkembang.
Setelah kompetensi meningkat, selanjutnya fokus pada kelebihan yang kita miliki dan mengembangkannya untuk meraih potensi maksimal. Kita adalah makhluk luar biasa dengan potensi tak terbatas. Saat kita fokus pada apa yang ada dalam diri kita, kita akan menemukan banyak potensi yang belum tergali dengan baik.
Dalam perjalanan menuju kekuatan diri yang sejati, kita juga butuh lingkungan yang positif dan produktif. Karena lingkungan memiliki pengaruh yang besar dalam perubahan diri. Di sana kita bisa saling menguatkan, berkontribusi, dan berbagi manfaat satu sama lain. Lingkungan menjadi wahana bertumbuh untuk mewujudkan impian.
Melalui semua tahap ini, kita jangan pernah lupa untuk mensyukuri setiap episode dan dinamika kehidupan. Seperti yang diajarkan oleh Islam, “Allah tidak memberikan beban kepada seseorang melebihi batas kemampuannya.” Jadi, setiap cobaan adalah bentuk karunia, dan setiap tantangan adalah peluang untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Hati yang bersyukur akan lebih tenang dalam menjalani kehidupan. Berbeda dengan hati orang-orang yang terbiasa berkeluh-kesah dalam menyikapi segala hal yang diterima dalam hidup. Mereka akan senantiasa merasa kurang, kecewa, dan putus asa. Mereka jauh dari bahagia.[1]
Di atas semua ikhtiar tersebut, kesungguhan sangat kita butuhkan untuk mengubah baper menjadi power, karena itu bukan hal yang mudah. Namun dengan tekad dan upaya yang konsisten, insyaallah kita bisa meraih transformasi positif dalam hidup kita.
***
Jendela inspirasi:
- Dalam setiap rintangan dan kesulitan, ada potensi untuk kita mengubahnya menjadi kekuatan.
- Kita hanya perlu memilih untuk melihatnya dengan cara yang benar dan tumbuh dari pengalaman tersebut.
- Kita mampu meraih kebahagiaan sejati dan bersyukur atas semua yang kita miliki, karena takdir selalu membawa kita ke tempat yang tepat pada waktunya.
[1] Mhd. Rois Almaududy, Pikiran-Pikiran Positif yang Menghebatkan Masa Depan, (Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2018), halaman 38.